Psikologi Pendidikan


  A.    Mengajar dan Peranan Guru
Mengajar adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung atau meyakinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Jadi, mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik. Salah satu yang sangat penting dalam mengajar adalah adanya hubungan interaksi sosial baik antara siswa dengan guru. Interaksi ini memiliki arti yang sangat luas tidak sekedar hubungan antara guru dengan peserta didik saja, tetapi adalah interaksi edukatif.

Mengajar adalah memasuki dunia siswa untuk mengubah persepsi dan perilaku mereka. Penegertian tersebut menunjukkan bahwa pentingnya proses psikologis mengajar. Proses psikologis mengajar adalah pembentukan keadaan yang melibatkan seseorang dalam kegiatan yang sedang berjalan sehingga hal lain seakan tidak berarti.[1]

Seorang guru bukan hanya untuk mengajar, tetapi guru juga sebagai pelatih dan membimbing siswa. Seorang guru akan berperan mendorong siswanya menggapai cita-citanya kelak. Peran guru dalam belajar mengajar sangat berpengaruh terhadap siswa yang diajarkannya. Guru berperan sebagai pengubah tingkah laku kearah yang lebih baik. Banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa saja yang telah menerjunkan diri sebagai seorang guru.

Guru mempunyai peran yang sangat luas baik di sekolah, di dalam keluarga maupun di masyarakat. Dalam bidang pendidikan guru berperan sebagai:
1.      Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai aktivitas-aktivitas pendidikan.
2.      Wakil masyarakat di sekolah artinya guru berperan sebagai pembawa suara dan kepentingan masyarakat dalam pendidikan.
3.      Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu guru menguasai materi yang harus diajarkan.
4.      Penegak disiplin, guru harus menjaga agar siswa-siswa melaksanakan disiplin.
5.      Pelaksana administrasi pendidikan, guru bertanggungjawab agar proses belajar mengajar dapat berlanngsung dengan baik.[2]

Menurut Muklis SE, peranan guru mencakup tiga belas hal, yaitu:
1.      Guru sebagai korektor
Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Bila guru membiarkannya, berarti guru telah mengabaikan perananannya sebagai korektor yang menilai dan mengoreksi semua sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya. Semua nilai yang baik harus guru pertahankan dan semua nilai yang buruk harus disingkirkan dari jiwa dan watak anak didik. Koreksi yang harus guru lakukan terhadap sikap dan sifat anak didik tidak hanya di sekolah, tetapi diluar sekolah pun harus dilakukan. Sebab tidak jarang di luar sekolah anak didik justru lebih banyak melakukan pelanggaran terhadap norma-norma susila, moral, sosial dan agama yang hidup di masyarakat. Lepas dari pengawasan guru dan kurangnya pengertian anak didik terhadap perbedaan nilai kehidupan menyebabkan anak didik mudah larut di dalamnya.

2.      Guru sebagai inspirator
Guru harus dapat memberikan petunjuk kepada anak didik cara belajar yang baik. Ada banyak cara yang bisa dipilih siswa dalam belajar sehingga anak lebih mudah mengikuti kegiatan pembelajaran. Petunjuk itu tidak mesti harus bertolak dari sejumlah teori-teori belajar, dari pengalaman pun bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik.

3.      Guru sebagai informator
Guru harus bisa menjadi informator bagi murid-muridnya. Informasi yang baik dan efektif dibutuhkan anak dari guru. Guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan informasi dapat mengakibatkan racun bagi anak didik. Informator yang baik adalah guru yang mengerti kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk anak didik.

4.      Guru sebagai organisator
Peran sebagai organisator menuntut guru harus dapat menyusun perangkat pembelajaran. Semua diorganisasikan, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam pembelajaran pada diri anak didik.

5.      Guru sebagai motivator
Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis hal-hal yang melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan anak didik. Dalam proses pembelajaran, peranan sebagai motivator sangat penting karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, performance dalam personalisasi dan sosialisasi diri.

6.      Guru sebagai inisiator
Sebagai inisiator, guru harus dapat mencetuskan ide-die kemajuan dalam pendidikan. Guru harus menjadikan dunia pendidikan lebih baik dulu sebelum memikirkan hal lain yang tidak ada kaitannya dengan pendidikan.


7.      Guru sebagai fasilitator
Dalam peranannya sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan terciptanya kemudahan kegiatan belajar anak didik. Hal ini akan membantu terciptanya lingkungan belajar yang menyenangkan bagi anak didik.[3]

8.      Guru sebagai pembimbing
Sebagai pembimbing, peranan guru harus lebih diutamkan. Hal ini dikarenakan tanpa bimbingan anak didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya.

9.      Guru sebagai demonstrator
Guru juga harus bisa mendemonstrasikan materi pelajaran. Apalagi untuk bahan pelajaran yang sukar dipahami anak didik, guru harus berusaha membantunya dengan cara memeragakan apa yang diajarkan secara didaktis. Dengan demikian, anak didik akan lebih mudah memahami apa yang diajarkan sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman muridnya.

10.  Guru sebagai pengelola kelas
Kelas adalah tempat berkumpul anak didik dengan berbagai warna. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik. Kelas yang tidak dikelola dengan baik akan menghambat kegiatan pembelajaran. Anak didik tidak mustahil akan merasa bosan untuk tinggal lebih lama di kelas. Anak akan keluar masuk kelas, hal ini berakibat menganggu jalannya kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung. Guru harus bisa menciptakan suasana kondusif di kelas agar anak didik betah tinggal di kelas dengan  motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya. Salah satu caranya adalah guru harus mengelola kelas dengan baik.

11.  Guru sebagai mediator
Dalam peranannya sebagai mediator, guru menjadi penengah dalam proses pembelajaran anak didik. Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan sehingga siap menyampaikan materi kepada anak didiknya.

12.  Guru sebagai supervisor
Guru harus menguasai berbagai teknik supervisi agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajar pada anak. Dengan supervisi diharapkan kekurangan cara mengajar dapat dibenahi dan diganti dengan motode mengajar yang sesuai dengan kondisi masing-masing kelas.

13.  Guru sebagai evaluator
Sebagai evauator, guru dituntut untuk menjadi seorang yang baik dan jujur. Penilaian yang dilakukan harus menyentuh aspek ekstrinsik dan instrinsik. Tidak hanya faktor luar dari anak, namun juga faktor yang berasal dari dalam diri anak. Nilai yang diberikan harus murni berdasarkan hasil belajar anak, tidak pandang bulu karena siswa ini anak orang terpandang.[4]

  B.     Problem-Problem yang dihadapi guru
Guru adalah komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangun dan guru merupakan suatu pekerjaan yang profesional. Untuk dapat mencapai tugas tersebut dengan baik selain memenuhi syarat kedewasaan, sehat jasmani, dan rohani, guru harus memiliki ilmu dan kecakapan. Guru pun harus memiliki kesabaran yang tinggi dalam berbagai macam sifat dan tingkah laku siswanya. Problem-problem yang pernah dihadapi oleh guru diantaranya:
1.      Susahnya berinteraksi dengan orang tua murid yang tidak mau tahu dengan perkembangan pendidikan anaknya.
2.      Susahnya menghadapi siswa yang cuek akan pelajaran yang diberikan.
3.      Suasana yang tidak tenang dalam proses belajar mengajar karena keributan antar siswa yang tidak mendengarkan larangan dari guru.
4.      Kurangnya buku panduan belajar untuk siswa dari pemerintah yang membuat guru susah memberikan materi dan mengajarkan tugas rumah bagi siswa.
5.      Kurangnya perhatian orang tua terhadap anak.
6.      Orang tua hanya menyerahkan pendidikan kepada guru.
7.      Kurangnya perhatian siswa dalam belajar.


  C.     Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing
a.       Peran guru sebagai pengajar
Guru mempunyai peranan ganda sebagai pengajar dan pendidik. Kedua peran tersebut bisa dilihat perbedaannya, tetapi tidak bisa dipisahkan. Tugas utama sebagai pendidik adalah membantu mendewasakan anak. Dewasa secara psikologis, sosial, dan moral. Dewasa secara psikologis berarti individu telah bisa berdiri sendiri, tidak tergantung kepada orang lain, juga telah mampu bertanggungjawab atas segala perbuatannya, mampu bersikap objektif. Dewasa secara sosial berarti telah mampu menjalin hubungan sosial dan kerjasama dengan orang dewasa lainnya, telah mampu melaksanakan peran sosial.

Dewasa secara moral, yaitu telah memiliki seperangkat nilai yan dia akui kebenarannya, dia pegang teguh dan mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang menjadi pegangannya. Tugas utama guru sebagai pengajar adalah membantu perkembangan intelektual, melalui penyampaian pengetahuan, pemecahan masalah, latihan-latihan afektif dan keterampilan. Pada waktu guru menyampaikan pengetahuan tidak mungkin terlepas dari upaya mendewasakan anak, dan upaya mendewasakan anak tidak mungkin terlepas dari mengajar. Keduanya sukar untuk dipisahkan, pada suatu saat mungkin peranannya sebagai pendidik lebih besar sedangkan pada saat lain peranannya sebagai guru lebih besar.

Guru sebagai pendidik terutama berperan dalam menanamkan nilai-nilai yang merupakan ideal dan standar dalam masyarakat. Sebagai pendidik guru bukan hanya penanam dan pembina nilai tersebut tetapi ia juga berperan sebagai model,  sebagai contoh suri teladan bagi anak-anak. Guru sebagai pengajar dipandang sebagai ekspert, sebagai ahli dala ilmu yang diajarkannya. Sehingga siswa dan masyarakat menilai dan mengharapkan guru mengetahui dan menguasai segala hal tentang ilmu yang diajarkannya. Ia tidak boleh keliru atau salah dalam menyampaikannya. Masyarakat menilai dan mengharapkan melalui tangan guru anak-anak mereka pasti menjadi orang pandai.[5]

b.      Peran guru sebagai pembimbing
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimun terhadap sekolah, keluarga, serta masyarakat. Sebagai pembimbing guru perlu memiliki pemahaman yang seksama tentang para siswanya. Memahami segala potensi dan kelemahannya, masalah dan kesulitannya. Sehubungan dengan peranannya sebagai pembimbing maka seorang guru harus:
1.      Mengumpulkan data tentang siswa
2.      Mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehari-hari
3.      Mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus
4.      Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua siswa baik secara individu maupun kelompok untuk memperoleh saling pengertian tentang pendidikan anak.
5.      Menyususn program bimbingan sekolah bersama dengan bimbingan lainnya.
6.      Meneliti kemajuan siswa, baik di sekolah maupun diluar sekolah[6]


[1] Dr. H. Mahmud, M. Si., Psikologi Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia, 2010, hal 295
[2] Dwi prasetia, S.Pd, M.Pd, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014, hal 104
[3] Nini Subini, S.Pd, Awas, jangan jadi guru karbitan, Jogjakarta: javalitera, 2012, hal 20-22
[4] Ibid, hal 22-23
[5] Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, hal 252-253
[6] Dr. Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bnadung: Sinar baru algensindo, 2010, hal 34

Tidak ada komentar:

Posting Komentar